AyoGitaBisa.com - Cicak tak selamanya menjadi binatang melata
yang menjijikkan. Jika dimanfaatkan, cicak justru bisa mengobati
berbagai penyakit. Pasar China dan Taiwan terbuka lebar.
Di Desa
Jombok, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur, ada seorang pengepul
cicak yang cukup terkenal, namanya Suparman. Ribuan cicak dari para
pemburu cicak ditampung dan diolah di rumahnya. Selain diekspor ke luar
negeri, seperti China dan Taiwan, Cicak yang telah diolah mirip keripik
juga dijadikan jujugan orang yang ingin mengobati penyakit tertentu.
Orang
yang mencari cicak yang telah diolah itu ternyata datang dari berbagai
daerah. Cicak seberat satu kilogram misalnya, bisa dihargai Rp
150.000-Rp 200.000.
"Pernah ada orang datang dari Jakarta, ia
menderita kanker payudara, bahkan sudah stadium yang sangat berat.
Setelah datang langsung, selanjutnya ia minta dikirimi lewat paket biar
menghemat biaya daripada datang langsung," ujar Suparman.
Juga
pernah ada seorang laki-laki asal sekitar Jombang yang menderita stroke,
tapi mengalami kemajuan setelah mengonsumsi cicak. Sebagai obat, daging
cicak menurut Suparman sudah bisa langsung dimakan tanpa persyaratan
macam-macam. Memang bagi yang merasa jijik, daging cicak ini bisa
digoreng lagi mengunakan minyak agar lebih kering. Namun, jika digoreng
ada kekhawatiran bisa menghilangkan khasiat yang terkandung di dalamnya.
Suparman mengaku tak begitu faham zat-zat apa saja yang
terkandung dalam tubuh cicak. Mereka melakukan usaha itu setelah
mendapatkan tawaran dari seorang pengusaha dari Jakarta yang memintanya
untuk mengumpulkan hewan yang sering menjadi nyanyian anak kecil
tersebut.
Kata orang Jakarta itu, cicak yang akan dibeli untuk
bahan baku obat alergi,gatal atau penyakit lain. Syaratnya, pengusaha
itu hanya mau membeli cicak dalam kondisi kering. Setelah dicoba,
menurut Suparman, ternyata benar bisnis ini tergolong gampang dan
membawa keuntungan yang lumayan.
Suparman mengaku membeli
cicak-cicak itu dari para pemburu seharga Rp. 25 ribu/kg. Setelah diolah
dalam oven untuk pengeringan, Suparman bisa menjualnya dengan harga
Rp.150 ribu. Oleh juragannya yang di Jakarta, cicak-cicak yang sudah
mengering ini lalu diekspor ke China dan Taiwan dengan harga yang tentu
saja cukup mahal. Selain ke China dan Taiwan, pernah juga ada tawaran
orang Amerika untuk mengumpulkan cicak, namun orang yang dari Amerika
ini minta dibuang dulu kotorannya. Inilah yang katanya susah, yang
akhirnya ditolak tawaran itu.
Dari hasil mengumpulkan hewan yang
biasa menempel di dinding itu, Suparman mengaku bisa menghidupi
keluarga. Tak hanya Suparman, para tetangga juga sedikit kebagian
rejeki, yakni sebagai pemburu cicak atau ikut menata untuk
pengeringannya.
Cicak yang berasal dari penjual biasanya dibeli
dalam kondisi mati. Selanjutnya cicak tersebut ditata di loyang dan
dimasukkan dalam oven selama 24 jam, sampai cicak ini benar-benar kering
dan tak berbau lagi. Proses yang paling rumit dilakukan adalah saat
menata cicak dalam loyang. Proses ini benar-benar membutuhkan
ketelatenan. Karena, kesalahan penataan akan membuat cicak tersebut
justru tak laku.
Meski tidak mempunyai saingan, bukan berarti
usaha Suparman ini tidak mengalami pasang-surut. Menurutnya, para
pemburu cicak mengaku paling kesulitan jika menghadapi musim penghujan
seperti sekarang ini. Selain keadaan becek yang membuat para pemburu
cicak malas keluar rumah, konon di musim hujan cicak juga jarang keluar
dari sarangnya.
[asa]
Dikutip dari : http://www.ayogitabisa.com/news/eksporlah-cicak-hingga-ke-negeri-china.html?utm_source=merdeka&utm_medium=stories&utm_campaign=ayogitabisa