Suasana Jalan Profesor Yohanes Sagan di Sleman, Yogyakarta, Jumat
(14/2), yang dipenuhi debu vulkanis letusan Gunung Kelud.
(Republika/Nur Aini)
Pakar kesehatan dari Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Ari Fahrial Syam meminta masyarakat yang
berada di sekitar Gunung Kelud (1.730 mdpl) untuk mewaspadai paparan abu
vulkanik.
"Abu vulkanik sangat berbahaya jika terpapar langsung dengan manusia," ujar dr Ari di Jakarta, Jumat (14/2).
Abu
vulkanik jika terpapar langsung dengan kulit bisa menyebabkan iritasi.
Kemudian, jika kontak langsung dengan mata bisa menyebabkan radang pada
mata. "Abu vulkanik juga berbahaya bagi pernapasan, bisa menyebabkan
hidung alergi, bersin-bersin, batuk, bahkan sesak napas," jelas dokter
yang juga menjabat sebagai Ketua PAPDI Jakarta Raya itu.
Bahkan
bagi yang sensitif seperti mengidap asma jika terpapar langsung dengan
abu vulkanik bisa menyebabkan kambuh. Juga menyebabkan alergi. Oleh
karena itu, dia mengharapkan warga sekitar untuk menghindari kontak
langsung dengan abu vulkanik. "Bisa dengan menggunakan kacamata, masker,
baju lengan panjang bahkan menggunakan krim kulit agar tidak terpapar
langsung dengan abu vulkanik."
Belajar dari pengalaman letusan
Gunung Merapi pada 2010 lalu, Ari menyarankan agar warga menghindari
semburan awan panas yang apabila terhirup bisa menyebabkan kematian.
Gunung Kelud yang berada di Kediri dan Blitar, Jawa Timur, memiliki
ketinggian 1.730 meter dari permukaan laut, meletus pada Kamis (13/2)
malam pukul 22.50 WIB.
Dampak letusan tersebut, tidak hanya
terasa di Kediri dan Blitar namun juga di daerah lainnya seperti
Kebumen, Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, pacitan, Tulungagung, Solo,
Madiun, Yogyakarta, Sukoharjo, dan Ciamis.
Hujan abu vulkanik yang
terjadi juga membuat sejumlah penerbangan di tiga bandar udara yakni
Juanda Surabaya, Adisumarno Solo, dan Adisutjipto Yogyakarta tertunda
hingga batas waktu yang tidak ditentukan
Sumber : http://www.republika.co.id