*INTROSPEKSI DIRI*
................................
Masa pensiun,
Adalah masa introspeksi diri,
Belajar menerima kenyataan,
Bahwa jabatan, pangkat golongan, harta, tak lagi penting. Karena sesama pensiun kini sama sederajat, Tak elok bila setelah pensiun masih menyimpan arogansi post power sindrom. Masih bermimpi ingin dihormati, masih ingin diberi penghargaan lebih dari yang lain, dan tak mau disamakan dengan orang yang tak selevel.
Orang-orang seperti ini,
Tak ubah zoombie yang masih ingin hidup layaknya manusia. Padahal dia sudah mati sebagai manusia. Kini 'mayatnya' yang berjalan di atas bumi bergentayangan mengumbar mimpi.
Kasihan,
Itu sepatah kata yang terucap dari bibir.
Ya, merasa sangat kasihan kepada orang-orang tipikal ini, masih tak sadar bahwa zaman tlah berputar membalikkan keadaan. Waktu tlah menjerat dan menipunya. Dikiranya dia masih hidup di masa lalu.
Oh, tidak !
Orang-orang tipikal pemimpi itu, harus disadarkan dari mabuk yang menyesatkan pikirannya.
Bahwa kesombongan yang masih digenggamnya sesungguhnya adalah racun bagi dirinya.
Akan terlihat aneh dan menggelikan bagi orang lain. Bisa-bisa menjadi tertawaan di belakangnya.
Kasihan, benar-benar merasa iba kepada orang-orang yang masih gila hormat seperti mereka itu.
Masa pensiun ....
Adalah masa-masa belajar dari awal kembali. Memanage hati dan pikiran, menebar kasih sayang, kepada sesama.
Mencari teman, sahabat, dalam menjalani sisa hidup yang masih ada. Berbuat kebaikan, beramal saleh, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Buang jauh-jauh Ego yang semula masih melekat. Campakkan rasa superior diri, rasa minta diistimewakan. Dengan menghargai dan menghormati sesama, meskipun terhadap bekas bawahannya sekalipun.
Bersikap terbuka, tak ada kemunafikan tersembunyi, atau pencitraan diri.
Semua perbuatan, tutur kata, tingkah laku, didasari ketulusan dan keikhlasan.
Menerima takdir dirinya penuh kesabaran, dan rasa tawadhu.
Maka hati dan pikiran akan memperoleh rasa damai, tenang tenteram dan kebahagiaan dalam menjalani hidup ini.
Karena hidup tetap berjalan. Kita harus dapat menyesuaikan diri kepada situasi dan kondisi yang ada.
Bukan sebaliknya, memaksakan diri kondisi dan situasi masih tetap seperti zaman kejayaan.
O, itu salah Bung !
Anda menipu diri sendiri.
Mari kita semua mawas diri, introspeksi, sudahkah kita siap hidup di masa pensiun?
Bukan siap dalam hal materi, melainkan siap dalam m'perbarui sikap perilaku kita. Menjadi rendah hati, tak mudah tersinggung, tak gampang sakit hati, dan tak punya rasa dendam kepada sesama.
Tinggalkan sikap pura-pura.
Maka kita semua ..
Berarti telah lulus dalam ujian hidup.
Selamat pagi ......
Selamat beraktifitas rutin.
Dengan senyum dan tetap optimis. Percaya bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan kita. Jika kita beriman, Tuhan akan senantiasa bersama kita.
Salam pencerahan,
.......................
Publik lebih respek pada bekas pejabat tapi tetap low profile, tak ada kesombongan, tak ada tinggi hati, tak ada lagak-lagu keningrat-ningratan, tak mudah tersinggung, tak ada pencitraan di depan manis dibelakang busuk. Berteman hanya dengan orang-orang itu-itu saja (bekas 'geng'nya), Berteman masih pilih-pilih. Tak ada itu !
Justru tetap low profile, rendah hati, tulus berteman dengan siapa saja, hatinya bagai samudera, memaafkan siapa pun yang pernah menyakiti. Karena vonis bukan hak mahluk, tapi mutlak hak Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang. Damai tenang tenteram dan bahagia ...
(Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan, dan terimakasih bagi yang mengapresiasi).
*Pahit itu obat untuk merubah pola hidup, berubah menjadi lebih baik. Sebaliknya, puji sanjung itu justru makin menjatuhkan ke lembah hina dina.*
(Dikutip dari buku *Memperbaiki sikap pasca pensiun* oleh John Dananjaya, terbitan Bentang, 2010).